Lili Priyani

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Tantangan Hari ke-839 MISTERI DI BALIK KALENG BISKUIT
MISTERI DI BALIK KALENG BISKUIT

Tantangan Hari ke-839 MISTERI DI BALIK KALENG BISKUIT

Tantangan Hari ke-839

MISTERI DI BALIK KALENG BISKUIT

Penulis: Lili Priyani

Lebaran identik dengan makanan melimpah. Mulai dari hidangan ketupat beserta lauk-pauk: opor, rendang, semur, gulai sayur, balado kentang hati, dan lain-lainnya hingga hidangan di atas meja tamu. Kue-kue kering (nastar, kastengel, putri salju, kue kacang, goreng kacang atom, kacang mede, dan lain-lainnya) serta beraneka minuman. Semuanya diperuntukkan bagi tamu yang akan datang berkunjung. Bersilaturahmi ke keluarga, tetangga, kerabat, dan sahabat akan lebih afdol jika disuguhi beragam makanan dan minuman. Memuliakan tamu yang akan datang, begitulah tujuan utamanya.

Dari sekian banyak hidangan yang tertata rapi di atas meja tamu, pernahkah Anda ‘tertipu’ dengan sajian yang tersedia? Atau barangkali Anda pernah mengalaminya? Bila ‘iya’ maka kita memiliki sensasi pengalaman yang sama.

Berlebaran adalah saling mengunjungi. Yang muda akan mengunjungi yang lebih tua. Ibu atau Bapak akan menerima kunjungan anak-anaknya. Nenek atau Kakek akan menerima kunjungan cucu-cucunya. Para saudara akan berkumpul bersama di rumah salah satu anggota keluarga yang tertua atau dituakan. Kesempatan bersilaturahmi ini biasanya dimanfaatkan para anggota keluarga atau kerabat sambil menikmati aneka santapan yang disediakan empunya rumah. Tuan rumah akan menjamu para tamu dan para tamu dipersilakan menikmati sajian.

Ketika bersilaturahmi ke rumah saudara kandung Ibu saya yang berada di kampung, mata saya menyasar kaleng biskuit yang tak asing. Kaleng bercorak merah terang, bergambar tiga anggota keluarga yang terdiri dari ibu, seorang anak laki-laki, dan seorang anak perempuan, minus Ayah, terdapat di atas meja di antara beraneka kue-kue yang tertata dalam toples. Seingat saya, biskuit ini begitu melegenda. Sejak saya kecil, orang tua saya akan menyediakan biskuit ini tatkala lebaran. Bahkan tidak hanya saat lebaran saja, Bapak saya yang bekerja sebagai karyawan PT Timah (Unit Penambangan Timah Belitung) selalu mendapat jatah makanan/minuman (biskuit, Fanta, Sprite, es krim) secara berkala. Makanan/minuman ini bisa kami nikmati di rumah, termasuk biskuit berkaleng merah. Biskuit ini akan menjadi rebutan kami, terutama wafer yang terbungkus plastik di antara beragam bentuk dan rasa biskuit yang ada di dalam kaleng merah. Bagi kami, aksi rebutan wafer ini menjadi sensasi yang luar biasa. Bila beruntung, akan mendapatkan lebih dari satu bungkus wafer. Tetapi bila sedang apes karena terlambat pulang ke rumah pada saat Bapak membawa makanan/minuman tersebut maka kami cukup puas bila bisa menikmati biskuit rasa coklat, rasa kacang, atau biskuit berselai yang tertata dalam kaleng merah.

Demi mengenang masa-masa lalu, saya pun tergerak untuk membuka isi kaleng merah. Tetapi apa yang terjadi? Belum terlalu dalam tangan saya masuk ke dalam kaleng, tangan saya menyentuh kudapan ringan dari tepung beras bertabur kacang tanah. Antara kaget dan malu, saya teruskan aksi mengambil isi kaleng. Benar saja, isinya bukan biskuit. Peyek, ya peyek. Enak sih dan juga merupakan kudapan kesenangan saya. Tetapi tentunya tidak sesuai harapan. Berharap bisa menikmati biskuit, terutama wafer renyah yang ada di dalamnya. Tetapi ternyata, bukan.

Lain lagi di Jawa Barat. Kaleng yang saya maksud di atas, digunakan sebagai wadah rengginang. Rengginang adalah kerupuk terbuat dari beras ketan yang dikukus, dikeringkan, lalu digoreng. Saat ini, rengginang bisa dinikmati dengan beragam cita rasa setelah diberi bumbu: bawang putih, terasi, bawang merah, merica, atau cabai. Snack renyah kriuk ini terasa gurih dan menggoda untuk dimakan.

Saya mencoba menanyakan kepada saudara ibu saya, alasan menggunakan kaleng biskuit sebagai tempat atau wadah peyek atau kerupuk. Jawabannya simpel saja. Kaleng biskuit itu besar, bisa memuat peyek atau kerupuk yang berukuran relatif besar dan untuk menghindari makanan agar tidak cepat hancur/remuk. Satu lagi, makanan yang disimpan dalam kaleng tersebut tidak akan cepat melempem karena tutup kaleng yang rapat. Inilah mengapa banyak orang tua yang memilih kaleng biskuit sebagai wadah makanan.

Karenanya, agar tidak terkecoh saat akan mengambil makanan dalam kaleng biskuit, ada baiknya kita lihat terlebih dahulu isinya bersamaan dengan saat membuka tutup kaleng. Atau bisa juga menanyakan kepada tuan rumah, apa isi kaleng yang dimaksud. Ini bisa dilakukan jika kita memiliki hubungan kekerabatan yang sangat erat. Penting juga untuk menjaga etika ketika bertamu. Kurang sopan jika kita menanyakan makanan yang tersaji.

Begitulah serba-serbi lebaran. Ada saja cerita menarik untuk diulik.

(Tulip, 5 Mei 2022)

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post